Sabtu, 24 Oktober 2009. Hari itu saya di wisuda di Sabuga, Bandung, bersama 77 teman TI 2005 saya. Hari itu tentu menjadi salah satu hari terbaik dalam hidup saya. Kami datang pagi-pagi ke Sabuga, berfoto ria sesama wisudawan, menjalani prosesi yang cukup membosankan (hehehe), bersalaman dengan rektor ITB-dekan FTI-kaprodi TI, mengambil ijazah, foto bersama prodi, disambut di luar oleh massa MTI, diberi bunga oleh teman-teman, banyak berfoto dengan teman-teman, dan malamnya disambung dengan syukuran wisuda MTI yang tentunya sangat menyenangkan sekaligus menyedihkan, karena kami terlarut dalam tangisan; tangisan bahagia yang mensyukuri persahabatan yang terjadi di TI 2005, namun juga tangisan sedih yang membuat kami menyadari bahwa rutinitas keseharian kami tidak akan pernah dijalani bersama-sama dengan TI 2005 lagi ke depannya.
Beberapa hari ini (sebelum saya akan meninggalkan Bandung), saya banyak mengenang cerita ataupun momen yang pernah saya alami bersama TI 2005, atau bahasa lainnya, flashback. Kalau saya ceritakan semuanya, tentu tidak akan cukup hanya dalam beberapa paragraf. Bisa jadi menjadi sebuah novel tersendiri bagi saya, hehe. Dan selama flashback, saya menyadari beberapa teman baik, sahabat saya, yang telah mengajari saya banyak hal.
Arrum, yang telah mengajari saya betapa menyenangkannya hidup ini, dan betapa berharganya hidup ini, melalui lelucon-lelucon yang sering dilakukannya (bersama saya tentunya, hahaha) maupun cerita-cerita dewasanya yang sering menjadi inspirasi saya.
Josef, yang telah mengajari saya untuk berjuang dalam hidup untuk mendapatkan apa yang dimau, walaupun mungkin jalan ke depannya akan menjadi sangat berat, namun hadapi saja apapun itu.
Sapri, yang sering menjadi inspirasi saya, terutama di tahun-tahun terakhir, dengan pribadinya yang mungkin cuek namun tetap menyenangkan,dan wawasannya yang luas karena rasa ingin tahunya yang tinggi terhadap banyak hal.
Dendy, yang selama 2 tahun terakhir mungkin banyak direpotkan saya, sering saya tebengin kemana-mana, benar-benar teman di kosan karena saya jarang pergi dan berkumpul dengan teman kosan lainnya, teman berlatih bahasa inggris, dan wawasannya yang luas memberi saya banyak informasi.
Fifi, yang bertahun-tahun sering mengajari saya, terutama di saat belajar bersama ketika akan menghadapi ujian, teman yang sering berbagi cerita tentang kehidupannya, dan teman yang membuat saya tersanjung karena pengakuannya yang katanya nyaman untuk berteman dan berbagi dengan saya.
Nindy, teman dengan segudang bakat, yang membuat saya sadar bahwa saya bisa menguasai banyak hal kalau memang saya mau belajar dan berlatih, yang membuat saya belajar untuk tulus dalam mengerjakan segala hal.
Didi, teman yang saya sendiri tidak tahu jalan pikirannya, namun cerita-ceritanya membuat saya melihat dan belajar untuk menghargai sisi lain kehidupan, entah sisi lain itu apa, namun obrolan dengannya membuat saya untuk bisa melihat dari pandangan yang berbeda.
Sawe, yang sering berbagi cerita dengan saya, tentang apapun, yang walaupun simpel namun entah mengapa saya senang mendengarnya dan saya merasa belajar banyak darinya.
Uki, yang tidak hanya sekedar menjadi teman baik, namun juga sudah menjadi "kakak" bagi saya, yang dengan pribadi dan kisah hidupnya yang unik, banyak memberi dan mengajari saya, sehingga saya seperti memiliki sosok kakak yang tidak saya punya.
Dan terakhir, Donal, benar-benar teman dari tingkat pertama hingga tingkat akhir, mulai dari teman belajar kalkulus pada tingkat satu, hingga teman yang menemani saya di malam hari sebelum saya sidang hingga nilai hasil sidang saya keluar, teman yang menjadi sahabat dan saudara terbaik saya selama ini, karena dengan sejuta kesenangannya yang dia berikan dan juga konflik yang mungkin bersama-sama kami ciptakan tanpa kami sadari, yang benar-benar membuat saya mengerti benar arti seorang sahabat, dan mungkin saya belum menjadi sahabat yang baik bagi dia, namun saya tetap berusaha belajar untuk menjadi sahabat baiknya.
Masih banyak teman-teman TI 2005 yang tentunya sangat berarti berarti bagi saya. Dan saya tidak bermaksud untuk mengecilkan peran mereka dengan tidak menceritakannya di sini. Namun dalam kesempatan ini saya ingin mengungkapkan apa yang saya rasakan terhadap teman-teman ini. Mungkin dalam kesempatan lain saya akan mengungkapkan apa yang saya rasakan terhadap teman-teman baik saya lainnya.
Terimakasih teman-temanku semua. Saya benar-benar bersyukur kalian pernah hadir dalam hidup saya, tidak hanya sepintas, tetapi singgah dalam waktu yang cukup lama.